Minggu, 23 Agustus 2015

KEGIGIHAN SYETAN ( 2 )

KEGIGIHAN SYETAN
(--tulisan kedua)
Tahapan berikutnya dari langkah syetan untuk menggoda dan menyesatkan manusia adalah:

Tahap keempat: yaitu tahap shagaa-ir, maksiat berupa dosa-dosa kecil.

Jika orang tersebut dijaga Allah dari melakukan dosa besar, setan tidak putus asa untuk terus menggoda yaitu melalui dosa-dosa kecil. Dosa-dosa kecil ini biasanya dianggap sepele karena banyak orang yang melakukannya dan dianggap sudah biasa seperti berbicara yang menyinggung perasaan orang lain, berburuk sangka,  dan lain-lain. Tapi kalau yang namanya dosa hendaknya kita jangan lagi memandang besar-kecilnya, tapi lihatlah bahwa hal itu adalah pelanggaran atas hukum Allah. Pantas kalau ada sebuah nasehat ‘Tidak ada dosa kecil kalau dilakukan berulang-ulang, dan tidak ada dosa besar kalau diikuti dengan istighfar (taubat)’.

Tahap kelima: yaitu setan menyibukkan manusia dengan hal-hal yang mubah (boleh).

Dengan membuat orang menjadi sibuk dan menghabiskan waktunya dalam hal amalan mubah, maka orang itu telah membuang kesempatan untuk berbuat kebaikan atau ibadah yang berpahala, yang kita semua dianjurkan atau diperintahkan mengamalkannya. Hukum mubah dalam terminology fiqih adalah segala amalan yang jika dikerjakan tidak mendapat pahala, dan jika ditinggalkan tidak mendapatkan dosa, artinya boleh dikerjakan juga boleh ditinggalkan. Contoh dari amalan mubah adalah makan, tidur, berbelanja (shopping), jalan-jalan, nonton TV, chatting, facebook-an, sms-an, dan sebagainya. Syetan akan menggoda kita dengan menyibukkan diri dan menghabiskan banyak waktu untuk melakukan aktifitas ini hanya sekedar demi kesenangan, bukan karena kebutuhan. Waktu yang tersita ini secara tidak langsung sudah  membuang kesempatan untuk melakukan amalan atau ibadah yang lebih bermanfaat dan berpahala. Bahkan bisa jadi dikarenakan terlena dengan kesenangan amalan mubah ini, kita jadi melalaikan kewajiban yang mengakibatkan dosa. Misalnya akibat nonton pertandingan bola berjam-jam, kemudian mengulur-ulur waktu sholat isya` sampai akhirnya ketiduran. Begitu bangun bahkan sudah kesiangan di mana waktu sholat subuh sudah habis.

Tahap keenam: setan menyibukkan manusia dengan amal-amal yang mafdhul (kurang utama).

Manusia disibukkan dengan suatu amal sholeh (sunnah) tetapi lalai dari amal sholeh yang lebih afdhal (lebih utama) atau yang sebaiknya lebih diprioritaskan untuk keadaan tertentu. Misalnya seseorang disibukkan dengan perkara sunat dari pada fardhu, maka sibuklah dia dengan yang disunatkan dan meninggalkan yang difardhukan. Misalnya ada orang yang berlama-lama melaksanakan sholat tahajjud, dilanjutkan berdzikir dan membaca Al-Qur`an hingga menjelang subuh dia tidur lagi. Begitu ia bangun ternyata waktu sholat subuh sudah  habis. Maka hal itu menunjukkan bahwa ia terlalu mengejar amalan sunnah sampai mengorbankan yang wajib yaitu sholat subuh. Bersedekah adalah amalan sunnah yang sangat dianjurkan dengan tanpa ketentuan jumlah, frekwensi, waktu, tempat dan orang yang disedekahi. Sementara zakat mal (harta), termasuk di dalamnya zakan penghasilan, adalah kewajiban yang sudah ditentukan bendanya, jumlah, nishobnya, waktu, dan orang berhak menerima. Maka kalau ada orang yang sangat sering menyumbangkan hartanya (bersedekah), bahkan dalam jumlah yang banyak sekalipun, maka hal itu belum dapat membebaskan kewajibannya untuk berzakat kalau ia tidak menyisihkan bagian zakatnya. Dan ini berarti ia sudah tergoda oleh syetan dengan memenuhi yang sunnah tapi meninggalkan yang wajib.
                Demikian jelas bagi kita tentang kegigihan dan semangat syetan untuk menggoda kita. Tentu hal ini harus mendorong kita agar lebih gigih dan bersemangat untuk menghindar atau melawan mereka dengan tetap berjalan pada jalan yang lurus dan diridhai oleh Allah swt.


Syamsul




Tidak ada komentar:

Posting Komentar