KEGIGIHAN
SYETAN
(--tulisan kedua)
Tahapan berikutnya dari langkah syetan untuk menggoda dan menyesatkan manusia adalah:
Tahap
keempat: yaitu tahap
shagaa-ir, maksiat berupa dosa-dosa kecil.
Jika orang
tersebut dijaga Allah dari melakukan dosa besar, setan tidak putus asa untuk
terus menggoda yaitu melalui dosa-dosa kecil. Dosa-dosa kecil ini biasanya dianggap
sepele karena banyak orang yang melakukannya dan dianggap sudah biasa seperti berbicara
yang menyinggung perasaan orang lain, berburuk sangka, dan lain-lain. Tapi kalau yang namanya dosa
hendaknya kita jangan lagi memandang besar-kecilnya, tapi lihatlah bahwa hal
itu adalah pelanggaran atas hukum Allah. Pantas kalau ada sebuah nasehat ‘Tidak
ada dosa kecil kalau dilakukan berulang-ulang, dan tidak ada dosa besar kalau
diikuti dengan istighfar (taubat)’.
Tahap kelima: yaitu setan menyibukkan manusia
dengan hal-hal yang mubah (boleh).
Dengan membuat orang menjadi sibuk dan
menghabiskan waktunya dalam hal amalan mubah, maka orang
itu telah membuang kesempatan untuk berbuat kebaikan atau ibadah yang berpahala, yang kita semua dianjurkan atau diperintahkan
mengamalkannya. Hukum mubah dalam terminology fiqih adalah segala amalan yang
jika dikerjakan tidak mendapat pahala, dan jika ditinggalkan tidak mendapatkan
dosa, artinya boleh dikerjakan juga boleh ditinggalkan. Contoh dari amalan mubah adalah makan, tidur, berbelanja (shopping),
jalan-jalan, nonton TV, chatting, facebook-an, sms-an, dan sebagainya. Syetan
akan menggoda kita dengan menyibukkan diri dan menghabiskan banyak waktu untuk
melakukan aktifitas ini hanya sekedar demi kesenangan, bukan karena kebutuhan. Waktu
yang tersita ini secara tidak langsung sudah membuang kesempatan untuk melakukan amalan
atau ibadah yang lebih bermanfaat dan berpahala. Bahkan bisa jadi dikarenakan
terlena dengan kesenangan amalan mubah ini, kita jadi melalaikan kewajiban yang
mengakibatkan dosa. Misalnya akibat nonton pertandingan bola berjam-jam,
kemudian mengulur-ulur waktu sholat isya` sampai akhirnya ketiduran. Begitu
bangun bahkan sudah kesiangan di mana waktu sholat subuh sudah habis.
Tahap
keenam: setan
menyibukkan manusia dengan amal-amal yang mafdhul (kurang utama).
Manusia disibukkan dengan suatu amal sholeh (sunnah) tetapi lalai dari amal sholeh yang lebih afdhal
(lebih utama) atau yang sebaiknya lebih diprioritaskan untuk keadaan tertentu. Misalnya seseorang disibukkan
dengan perkara sunat dari pada fardhu, maka sibuklah dia dengan yang disunatkan
dan meninggalkan yang difardhukan. Misalnya ada orang yang berlama-lama
melaksanakan sholat tahajjud, dilanjutkan berdzikir dan membaca Al-Qur`an
hingga menjelang subuh dia tidur lagi. Begitu ia
bangun ternyata waktu sholat subuh sudah habis. Maka hal itu
menunjukkan bahwa ia terlalu mengejar amalan sunnah sampai mengorbankan yang
wajib yaitu sholat subuh. Bersedekah adalah amalan sunnah yang sangat
dianjurkan dengan tanpa ketentuan jumlah, frekwensi, waktu, tempat dan orang
yang disedekahi. Sementara zakat mal (harta), termasuk di dalamnya zakan
penghasilan, adalah kewajiban yang sudah ditentukan bendanya, jumlah,
nishobnya, waktu, dan orang berhak menerima. Maka kalau ada orang yang sangat
sering menyumbangkan hartanya (bersedekah), bahkan dalam jumlah yang banyak
sekalipun, maka hal itu belum dapat membebaskan kewajibannya untuk berzakat
kalau ia tidak menyisihkan bagian zakatnya. Dan ini berarti ia sudah tergoda
oleh syetan dengan memenuhi yang sunnah tapi meninggalkan yang wajib.
Demikian jelas bagi kita tentang
kegigihan dan semangat syetan untuk menggoda kita. Tentu hal ini harus
mendorong kita agar lebih gigih dan bersemangat untuk menghindar atau melawan
mereka dengan tetap berjalan pada jalan yang lurus dan diridhai oleh Allah swt.
Syamsul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar