Kamis, 08 Maret 2012

Keutamaan Belajar Al-Qur`an


Keutamaan Belajar Al-Qur`an
Orang yang senantiasa melakukan amalan untuk berinteraksi dengan Al-Qur`an akan mendapatkan keutamaan atau fadhilah dari Allah swt, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Diantara bentuk interaksi dengan Al-Qur`an yang sangat ditekankan dalam islam dan harus dimulai sejak usia dini adalah belajar Al-Qur`an. Bahkan tidak ada kata terlambat bagi kaum muslimin yang baru memulai belajar membaca Al-Qur`an pada usia dewasa atau sudah tua sekalipun. Keutamaan yang akan diberikan oleh Allah atau hikmah dan manfaat dari kegiatan belajar Al-Qur`an antara lain sebagai berikut :
1.    Menjadi Umat yang Palin Baik.
Dari Utsman bin ‘Affan, ia berkata, Rasul saw. bersabda :
Orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya” (HR. Al-Bukhari, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah )
Dalam hadits di atas dapat kita pahami beberapa hal :
a.         Allah menempatkan posisi orang yang belajar (pelajar) Al-Qur`an dan orang yang mengajarkan (guru) Al-Qur`an pada derajat yang paling tinggi, melebihi orang yang menekuni amalan atau profesi lainnya.
b.        Dari sisi manapun Al-Qur`an yang dipelajari, semua akan membawa pada kemuliaan, khususnya belajar membaca kalimatnya ( tahsin ) dan belajar memahami kandungannya (tafsir), dan inilah maksud diturunkannya Al-Qur`an.
c.         Derajat tinggi itu diberikan dengan syarat dasar bahwa pelajar dan pengajar Al-Qur`an itu tetap menjalankan ajaran Al-Qur`an dalam kehidupan sehari-hari. Adapun orang yang hanya mengkaji atau mengajarkan saja, tetapi hukum-hukum dan ajarannya diabaikan tidak akan ditinggikan derajatnya oleh Allah.
d.        Orang yang belajar Al-Qur`an (dalam hadits di atas) harus bersungguh-sungguh belajarnya, bukan sekedar belajar (membaca atau memahami) Qur`an sekedar mengisi waktu kosong atau hanya ikut-ikutan saja atau coba-coba atau mumpung gratis (maaf). Dengan kesungguhan itulah ia dapat ‘menguasai’ Al-Qur`an untuk kemudian ia dapat mengajarkan kepada orang lain minimal kepada keluarga. Bagaimana mungkin seseorang dapat mengajar orang lain kalau tidak menguasai ilmunya, dan bagaimana dapat menguasai ilmunya (Qur`an) kalau tidak belajar terlebih dahulu.
e.         Redaksi hadits di atas menggabungkan antara ‘belajar’ dan ‘mengajar’. Orang yang belajar Al-Qur`an akan meningkatkan amal ibadahnya dan memberikan manfaat bagi dirinya sebagai seorang hamba. Dan kalau ia mengajarkannya maka akan menyebarkan manfaat pada orang-orang lain dan bahkan setelah meninggalpun ia masih menerima manfaat (pahala)nya yang terus mengalir. Maka idealnya, yang belajar Al-Qur`an hendaknya sambil mengajarkannya sebatas kemampuannya, dan yang mengajarkan Al-Qur`an hendaknya sambil terus belajar agar bertambah ilmunya dan meningkat kemampuannya.
2. Mendapat Ketentraman dan Rahmat dari Allah :
Rasul  bersabda:
Tidaklah suatu kaum berkumpul di sebuah rumah Allah (masjid), mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya, melainkan akan diturunkan kepada mereka ketenangan, diliputi oleh rahmat, dan dikelilingi oleh malaikat, dan mereka akan disebut-sebut Allah dihadapan orang-orang yang ada di sisi-Nya (para malaikat), dan barang siapa amalnya kurang, tidak dapat ditambah oleh nasabnya. (HR. Muslim ).
Hadits di atas memberikan informasi kepada kita tentang manfaat yang akan di dapat oleh orang-orang yang membaca atau dan belajar Al-Qur`an, walaupun tidak bersama banyak orang, dan walaupun tidak di dalam masjid. Disebutkannya ‘masjid’ secara khusus dalam hadits itu karena di zaman Rasulullah pada umumnya orang belajar Al-Qur`an di masjid, di masjidlah tempat berkumpul umat islam.
Orang yang belajar Al-Qur`an tidak hanya akan mendapat pahala di akhirat kelak, bahkan masih di dunia saja ia sudah mendapatkan beberapa karunia atau manfaat, antara lain:
a.       Mendapat ketentraman atau ketenangan dalam hidupnya.
b.      Mendapat curahan rahmat (kasih saying) dari Allah.
c.       Dinaungi oleh para malaikat karena memuliakannya.
d.      Disebut-sebut dan dipuji oleh Allah swt.
Semua orang pasti menginginkan ketentraman di dalam hidup ini dalam kedudukannya sebagai apapun, . Bahkan orang orang yang paling jahatpun pasti dalam hati kecilnya ingin mendapat ketenangan dan ketentraman walaupun jalan yang ditempuhnya salah. Kita ingin hidup bersama keluarga kita dalam ketentraman dan kedamaian, maka ajaklah keluarga kita untuk bersama-sama belajar Al-Qur`an. Kita ingin bekerja dengan tenang, tanpa ketakutan dan kehawatiran dari hal-hal yang tidak diinginkan, maka sisihkan waktu (jika disediakan) untuk Al-Qur`an walaupun di kantor atau PT tempatnya. Produk yang dihasilkan oleh orang yang bekerja dengan hati tenang dan gembira, tidak gelisah, tidak suntuk, pasti lebih baik dari pada yang dihasilkan oleh orang yang hatinya sedih, gundah dan gelisah, bekerja dengan keterpaksaan apalagi ketakutan.  
3.    Salah Satu Bentuk Jihad di Jalan Allah.
Ilmu berkaitan dengan Al-Qur`an adalah sumber dari ilmu-ilmu agama yang lainnya seperti aqidah, fiqih, tafsir, shiroh, tasawwuf, dan sebagainya. Orang-orang yang berkenan mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama, termasuk di dalamnya dalah orang yang belajar Al-Qur`an, akan diutamakan oleh Allah sejajar dengan orang yang berjihad membela islam di medan perang. Allah berfirman :
 “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi (berjihad) semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (QS. At-Taubah: 122)
Bahkan lebih tegas lagi Allah menjadikan Al-Qur`an sebagai salah satu sarana untuk berjihad dalam rangka memperjuangkan Islam. Allah berfirman :
Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengannya ( Al Quran) dengan jihad yang besar. (QS. Al-Furqan: 52 )
Rasul bersabda:
“Siapa keluar untuk menuntut ilmu maka ia (telah berjihad) di jalan Allah sampai ia kembali” (HR. At-Tirmidzi)
Makna dasar dari akar kata ‘jihad’ adalah ‘bersangguh-sungguh’, yang darinya muncul kata ’mujahadah’ (bersungguh-sunguh membersihkan hati untuk mendekatkan di pada Allah), dan ‘ijtihad’ (bersungguh-sungguh menggali hukum-hukum Allah). Orang yang ingin berhasil dalam belajar Al-Qur`an membutuhkan semangat jihad untuk bersungguh-sungguh mempelajarinya. Dia harus dapat melawan hawa nafsunya serta menyisihkan sedikit kesenangan duniawi dengan mengorbankan waktunya untuk belajar Al-Qur`an. Ketika belajar membaca Al-Qur`an harus bersabar menempuh waktu yang tidak sebentar. Berjuang melawan kemalasan untuk tetap istiqomah (konsisten) datang ke tempat belajar walaupun tenaga sudah lelah. Menjaga ketekunan mendengar dan menyimak bacaan yang dicontohkan oleh guru, dan diikuti menirukan bacaan guru walaupun kesalahan demi kesalahan dilaluinya.  
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar Al-Qur`an itu sulit, apalagi jika baru belajarnya setelah usia dewasa, di mana lidah sudah kaku, waktu sudah sempit, daya ingat sudah berkurang, pikiran dan tanggung jawab sudah banyak. Tapi siapapun yang bersungguh-sungguh, Allah menjamin akan memberikan kemudahan dalam belajar Al-Qur`an. Bahkan janji Allah ini diulang sebanyak 4X dalam satu surat yang sama dalam Al-Qur`an. Allah berfirman:
Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS. Al-Qomar: 17, 22, 32, 40 )



Senin, 16 Januari 2012

Keutamaan Membaca Al-Qur`an


KEUTAMAAN MEMBACA AL-QUR`AN
Diantara kemuliaan bulan Ramadhan adalah karena di dalamnya diturunkan permulaan Al-Qur`an yang mulia, yakni surat Al-Alaq: 1-5. Maka siapapun yang senantiasa membacanya dan mengamalkannya akan dimuliakan oleh Allah.
Allah berfirman :
“…….Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)……..(QS. Al-Baqarah: 185)
Ayat di atas berisi informasi bahwa permulaan Al-Qur`an diturunkan dalam bulan Ramadhan. Para ulama` tafsir memahami bahwa di bulan Ramadhan ini kita sangat dianjurkan untuk meningkatkan interaksi kita dengan Al-Qur`an khususnya membacanya.
 Di dalam sejarah Rasul diriwayatkan bahwa setiap bulan Ramadhan datang, malaikat Jibril turun untuk mendengarkan dan menyimak bacaan Nabi Muhammad saw. Yang dengan demikian menyebabkan bacaan dan hafalan Nabi menjadi terkontrol dan terjaga dari kesalahan, baik salah kalimatnya maupun kefashihannya. Hikmahnya adalah kalau Nabi saja, bacaannya masih perlu dijaga dan diperbaiki bacaan Al-Qur`annya, bagaimana dengan kita.
Agar kita termotifasi senantiasa membaca Al-Qur`an, apalagi di bulan Ramadhan ini, berikut ada beberapa keutamaan membaca Al-Qur`an :
Mendapatkan pahala dan karunia yang lain.
Allah berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 29-30)
Allah akan memberikan pahala yang banyak terhadap orang yang senantiasa membaca Al-Qur`an dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi Imam Al-Qurthubi menafsirkan bahwa yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah orang yang membaca Al-Qur`an dan mengamalkannya (Tafsir Al-Qurthuby). Rasulullah menjelaskan tentang jumlah balasan membaca Al-Qur`an :
“Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur`an), maka ia mendapat pahala satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatkangandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan Alif-Lam-Mim itu satu huruf, tetapi Alif adalah satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf” (HR. At-Tirmidzi dan Ad-Darimi, dishohihkan Al-Albany)
Betapa Maha Pemurahnya Allah, kalau satu huruf saja Ia memberi 10 pahala, maka berapa banyak yang akan kita terima jika kita membaca surat Al-Fatihah, membaca satu juz, bagaimana lagi kalau mengkhatamkan 30 juz. Itu baru membaca saja, apalagi jika sambil diiringi dengan memahaminya, apalagi membacanya dengan pelan, tenang dan menepatkan bacaannya dengan tartil sesuai ilmu tajwid. Bahkan kalau kita membacanya di dalam bulan suci Ramadhan insyaallah tidak akan terhitung pahalanya karena hanya Allah yang tahu.
Mendapat ketentraman dan rahmat dari Allah.
Dalam surat Fathir di atas Allah menyebutkan bahwa balasan yang berikan pada orang yang membaca Al-Qur`an berupa pahala dan karunia yang lain. Karunia yang lain diantaranya adalah ketenangan dan rahmat dari Allah.
Rasul bersabda:
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasul saw. Bersabda: “Tidaklah sekelompok orang berkumpul di salah satu rumah dari rumah Allah untuk membaca dan mempelajari Al-Qur`an, kecuali mereka akan memperoleh ketentraman, diliputi rahmat (kasih sayang Allah), dikitari oleh malaikat, dan nama mereka disebut-sebut oleh Allah di kalangan malaikat.” (HR. Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud)
Allah akan memberikan ketenangan dan ketentraman serta rahmatNya pada orang yang membaca Al-Qur`an bersama orang lain dan mempelajarinya, baik di masjid tempatnya maupun di sekolah, majlis ta’lim bahkan di rumah sekalipun (‘Azhomatul qur`an:  Ibnu Sholih ad-Dausiri).
Siapapun orangnya dalam hidup ini pasti menginginkan hidup dalam ketentraman. Pejabat atau rakyat, orang kaya maupun miskin, laki-laki maupun perempuan, bahkan penjahatpun semua ingin hidup dalam ketenangan. Maka perbanyaklah membaca Al-Qur`an dan mengamalkannya.
Maka diantara solusi untuk mendapatkan ketenangan yang mudah, murah, tidak memakan banyak waktu, tidak melelahkan dan tidak beriko bahaya adalah dengan membaca Al-Qur`an.
Mendapat syafaat di akhirat.
Dari Abu Umamah Al-Bahili ra. Ia berkata, Saya mendengar Rasulullah bersabda: “Bacalah Al-Qur`an, karena ia pada hari qiyamat nanti akan datang untuk memberi syafaat (pertolongan) kepada para pembacanya” (HR. Muslim).
Ketika manusia nanti dibangkitkan lagi di akhirat untuk kemudian diadili oleh Allah swt, semua orang mempertanggungjawabkan perbuatannya sendiri-sendiri. Orang tua, saudara, teman, pimpinan tidak ada yang dapat memberikan pertolongan karena semua mengurus dirinya sendiri. Dalam keadaan seperti itu datanglah Al-Qur`anul karim (yang dulu dibacanya di dunia) untuk memberikan syafaat (pertolongan) dengan izin Allah.
Menjauhkan rumah dari syaitan.
Disamping membaca Al-Qur`an secara umum akan membawa manfaat, surat apapun yang dibaca, tetapi ada beberapa surat tertentu yang mempunyai keutamaan khusus berdasarkan hadits-hadits Nabi. Diantara surat yang mempunyai keutamaan khusus adalah surat Al-Baqarah sebagaiman hadits di bawah ini :
Dari Abu Hurairah bahwa Rasul bersabda: “Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian jadikan seperti kuburan. Sesungguhnya syetan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibaca surat Al-Baqarah.”(HR. Muslim)
Yang dapat kita pahami dari hadis di atas adalah :
1.    Kita dilarang menjadikan rumah seperti kuburan. Ulama` memahami maksudnya adalah larangan meninggalkan sholat. Adapun disamakannya rumah yang penghuninya tidak sholat, atau rumahnya tidak dipakai sholat seperti kuburan karena sholat tidak boleh di kuburan baik sholat wajib maupun sunnah kecuali sholat jenazah. Artinya rumah yang tidak pernah digunakan untuk sholat adalah seperti kuburan (Syarah Riyadhussholihin: Ibnu Sholih Al-‘Utsaimin)
2.    Jika sebuah rumah  di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah maka insyaallah akan dijauhi oleh syetan. Diantara bahaya dari rumah yang menjadi sarang syetan adalah penghuninya akan mudah digoda syetan hingga malas beribadah atau senang berbuat dosa. Bahkan bisa jadi syetan akan dengan mudah mengganggu dan menyakiti penghuninya seperti mengganggu dengan penyakit atau mengganggu ingatan dan kesadarannya atau gangguan lainnya. Wallaahu a’lam.
Beberapa hal di atas hanyalah sebagian dari keutamaan-keutamaan Al-Qur`an yang diberikan oleh Allah kepada orang yang dengan ikhlas berkenan untuk senantiasa membaca Al-Qur`an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Allah memberikan kemampuan dan kemauan kepada kita untuk meningkatkan bacaan kita di bulan suci Ramadhan ini, serta senantiasa hidup di bawah naungan Al-Qur`anul Karim.
Abi QoriAfkar
 
 
 
 
 
 
 
 
 



Jumat, 13 Januari 2012

MEMAHAMI ISLAM SECARA UTUH

FENOMENA PEMAHAMAN PARSIAL

Belakangan di Indonesia sedang marak beberapa kejadian yang tampak dan terdengar radikal, kasar, , tak berakhlaq, melanggar hukum, , dan ironisnya dilakukan orang yang mengaku beragama Islam. Bahkan anehnya pelakunya meyakini bahwa itu lah yang paling benar yang harus dilakukan. Diantara kejadian itu adalah pengeboman yang diledakkan di mana-mana yang oleh pelakunya dianggap sebagai ‘jihad’ memerangi orang-orang kafir. Ada pula kelompok yang ‘berdakwah’ dengan cara menculik, mempengaruhi, berdiskusi, mencuci otak serta mengambil harta korban disertai tekanan dengan dalih infak dakwah. Tidak hanya itu, si korban disuruh melakukan segala cara untuk mendapatkan uang yang kemudian harus disetorkan ke `atasannya`. Ada juga sebagian orang yang dengan gampang menuduh dan menghukumi orang lain salah, kafir, syirik dan bid’ah hanya karena sedikit beda cara beribadah, berkeyakinan dan beda cara mengambil dalil  atau dasar hukum. Sedangkan yang merasa tertuduh  membalas si penuduh dengan anggapan sok benar sendiri, aneh, aliran baru, memecah belah umat, tidak santun berdakwah dan sesat hanya karena beda penampilan, amaliyahnya dan faham keislamannya yang berbeda dengan umumnya orang-orang islam di sekitarnya.
Keadaan seperti ini menimbulkan rasa ketidaktenangan di tengah-tengah masyarakat, serta secara intern dalam tubuh umat islam menyebabkan hubungan menjadi tidak harmonis. Hal ini disebabkan salah satunya karena adanya pemahaman terhadap ajaran Islam (Al-Qur`an) yang tidak utuh, tidak tuntas, sepotong-potong dan parsial. Parsial dalam pengertian bahwa  misalnya jihad hanya atau harus diartikan perang dan membunuh, semua orang kafir harus diserang dan diperangi, dakwah tidak boleh menghalalkan segala cara seperti dengan dana hasil curian atau tipuan dan tidak selalu yang tidak ada di zaman nabi berarti bid`ah yang terlarang. Padahal jihad tidak harus diartikan perang, tidak semua orang non islam harus diperangi, dakwah tidak boleh menghalalkan cara, dan tidak semua yang tidak ada di zaman Rasul berarti dilarang.

ISLAM  YANG SEMPURNA

Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw untuk manusia adalah agama yang sempurna. Sempurna antara lain dalam pengertian cukup memadai untuk dijadikan sebagai petunjuk hidup sehari-hari, baik sebagai makhluk indevidu, makhluk sosial maupun makhluk beragama. Islam melalui Al-Qur`an dan Hadits membimbing manusia dalam berbagai aktifitas, berkeluarga, bertetangga, bekerja, bernegara bahkan berpolitik. Manusia sebagai makhluk Allah harus beraqidah yang lurus, beribadah yang benar dan berkhlak yang terpuji. Allah mengajarkan agar kita menjaga hubungan baik sesame manusia dan hubungan baik dengan Allah secara seimbang. Allah berfirman :

Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (hubungan) dengan manusia…….(QS. Ali Imran: 112)

Allah juga menekankan keseimbangan antara kesuksesan hidup di dunia dan di akhirat kelak (QS. Al-Qoshosh: 77 dan Al-Baqarah: 102). Sementara itu sebagai umat islam kita tidak hanya dituntut untuk mengurus diri kita sendiri tapi juga berkewajiban untuk turut berpartisipasi dalam berdakwah dan berjihad untuk Islam baik secara langsung maupun tidak langsung sesuai dengan kemampuan.
Itulah diantara sisi kesempurnaan Islam sebagaimana Allah sebutkan dalam Al-Qur`an :

…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. ………(QS. Al-Ma`idah:3)

Kesempurnaan dan kelengkapan ajaran islam ini akan lebih terlihat dan terbuka jelas jika kita berkenan membaca dan menelaah semua kandungan Al-Qur`an dari juz 1 s/d 30, tidak hanya seayat dua ayat saja. Itupun harus ditambah dengan mengkaji kitab-kitab hadits Nabi yang menjelaskan kandungan Al-Qur`an. Bahkan harus dilengkapi dengan mempelajari berbagai disiplin ilmu-ilmu keislaman yang ditulis oleh para ulama` dalam kitab-kitab aqidah, fiqih-ushul fiqih, tasawwuf, shiroh nabawi, ulumul qur`an, ulumul hadits, tarikh, dan sebagainya. Dalam kitab-kitab para ulama` itulah penjelasan Al-Qur`an dan Hadits nabi diuraikan secara rinci dan sistematis sehingga lebih mudah dipahami.
 
PEMAHAMAN YANG UTUH

Segala aspek ajaran Islam di atas harus dipenuhi dan dijalankan oleh umat islam secara utuh dan seimbang, tidak hanya mengamalkan yang satu dengan meninggalkan atau mengesampingkan yang lain. Allah memerintahkan kepada kita untuk mengamalkan ajaran islam secara konprehensif atau utuh:

 “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208)

Untuk dapat mengamalkan islam secara utuh (kaffah) maka diperlukan pemahaman dan pengetahuan keislaman secara utuh pula. Orang islam semestinya memahami aspek aqidah, ibadah, hukum, akhlaq. Bukan hanya itu, tapi juga memahami bagaimana kita menjalin hubungan dengan sesama manusia, bahkan dengan alam sekitar. Dalam hal aqidah misalnya kita harus faham keyakinan-keyakinan dan kegiatan yang membahayakan aqidah seperti kurofat, tahayyul, tathoyyur, mistik dan syirik Dalam hal ibadah misalnya kita mengetahui bagaimana cara yang benar dalam berwudhu, sholat, berdzikir, membaca Qur`an dan berdo`a. Dalam hal akhlak misalnya kita harus faham bagaimana aturan membina rumah tangga, etika bermasyarakat, etika berdakwah, dsb. Dalam hal berjihad umat islam juga harus mengerti prosedur dan kode etik berjihad.


MERAIH PEMAHAMAN KAFFAH (UTUH)

Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh agar kita dapat memahami ajaran Islam secara kaffah, konprehensif atau utuh :
1.    Pelajari semua ayat-ayat Al-Qur`an yang berkaitan dengan tema yang sama karena ayat satu dengan yang lain itu saling berhubungan walaupun tidak terletak dalam satu rangkaian ayat yang berurutan dan bahkan dalam surat yang berbeda-beda. Hubungan satu ayat dengan yang lainnya bisa jadi sebagai penguat atau mempertegas, menjelaskan atau memerinci, dan mungkin sebagai pengecualian. Untuk lebih jelasnya dapat membaca kitab-kitab tafsir Al-Qur`an seperti Tafsir Ibnu Katsir.
2.    Bacalah Hadits-hadits Nabi dari berbagai riwayat dengan tetap memperhatikan tingkat keshahihan dan jumlah perawinya. Fungsi Hadist adalah menafsirkan Al-Qur`an yang bisa jadi sebagai penguat, penjelas atau pengecualian dari keumuman Al-Qur`an. Hadits-hadits nabi terhimpun dalam kitab shohih Bukhari, Muslim, Musnad Ahmad bin Hambal, Sunan tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Muwattho` Ibnu Malik, dll. Untuk lebih jelasnya dapat membaca kitab syarah (penjelasan hadits) seperti kitab Fathul Baar karya Ibnu Hajar Al-Atsqolani.
3.     Lihatlah (pahami) buah pikiran atau pendapat para ulamak yang diakui keilmuannya dan keshalihannya baik dari kalangan sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan seterusnya sampai zaman sekarang. Penafsiran dan pemahaman para ulama terhadap Al-Qur`an dan Hadits sudah banyak terbukukan dalam ribuan kitab-kitab dengan susunan yang rapih dan mudah dipahami dan bahkan sebagiannya sudah diterjemahkan. Berbeda dengan kitab Al-Qur`an dan Al-Hadits, kitab-kitab para ulamak sudah dibedakan atau dipisahkan sesuai temanya seperti ada kitab aqidah, tafsir, fiqih, syarah hadits, shiroh, dan lain-lain. Kalau sudah masuk pada pembahasan para ulamak dalam kitab yang berbeda-beda, maka sudah mulai terbuka perbedaan pendapat antara satu ulama’ (kitab) dengan ulama’(kitab) yang lainnya. Dan tidak seorangpun yang berhak menentukan bahwa pendapat ulama` A atau B yang paling benar dan dikehendaki oleh Allah, karena mereka hanya berijtihad sedangkan kebenaran hanya dari Allah.
4.    Apabila sudah membaca Al-Qur`an, hadits dan kitab-kitab para ulama` dan ternyata ada hal belum jelas hendaknya kita bertanya kepada orang, ustadz atau ulama` yang ada di sekitar kita yang lebih mengerti. Allah berfirman :

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,” (QS. An-Nahl: 43)

5.    Tidak hanya belajar Islam dari satu sumber atau satu guru saja, atau satu kelompok saja atau satu lembaga saja, tapi belajarlah dari sebanyak mungkin dari sumber atau guru atau akui keilmuan dan akhlaqnya. Setiap orang (guru atau ulama`) mempunyai background yang berbeda-beda dari segi kedalaman ilmunya, keluasan wawasannya, metode berfikirnya, pengalaman hidupnya, tempat belajarnya, dsb. Kalau kita hanya membatasi dengan satu sumber (guru) saja, maka kita tidak akan mendapatkan perbandingan yang lain. Seandainya terjadi kekuranglengkapan penjelasan ilmunya maka kita tidak ada yang menyempurnakan. Jika terjadi kesalahan maka tidak ada yeng mengoreksi atau membenarkannya. Belajar dari para ulama` zaman dulu seperti Imam Syafi`i, Imam Ghozali, Ibnu Katsir,  mereka pergi ke mana-mana untuk mendapatkan banyak ilmu dari berbagai guru.
6.    Ketika mendapatkan penjelasan tentang agama dari seorang sumber (teman, saudara, ustatdz, atau dari sebuah tulisan) guru hendaknya kita tidak serta merta langsung menerima 100%. Kalau sekiranya bertentangan dengan Al-Qur`an, Hadits, pendapat matoritas ulama, pemahaman umumnya umat islam, atau dapat mengakibatkan dampak negative, atau menimbulkan perasaan tidak tenang di hati, maka segera berfikir ‘benarkah pendapatnya?’ Dan carilah jawaban dari sumber lain sebagai pembanding, kemudian berdoa kepada Allah agar diberikan petunjuk yang benar.
7.    Jika kita mempelajari Islam secara otodidak dengan membaca terjemahan Al-Qur`an, misalnya terjemahan Departemen Agama, kalau terasa janggal atau kurang dipahami maknanya maka jangan terburu-buru menyalahkan terjemahannya, tapi carilah penjelasannya di buku terjemahan tafsir Al-Qur`an yang sudah banyak beredar. Diantara terjemahan tafsir Qur`an dalam bahasa Indonesia seperti Tafsir Depag, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Al-Mishbah (Quraisy Syihab), Al-Azhar (Buya Hamka), Fii zhilalil qur`an (Sayid Qutub) dan sebagainya.
8.    Terus belajar tentang Islam, bahkan ilmu-ilmu yang lain, jangan pernah berhenti sampai akhir hayat. Satu ilmu yang belum kita ketahui sekarang bisa jadi atau mungkin akan kita dapati tahun depan. Ilmu yang tidak kita jumpai dari satu tempat atau sumber insyaallah akan kita dapati dari sumber lain. Bukan hanya materi ilmunya yang kita harapkan, hidayah Allah terkadang baru kita dapatkan setelah belajar pada tahun kedua, ketiga dan seterusnya. Hidayah Allah jangan hanya ditunggu, tapi harus kita jemput antara lain dengan terus belajar tanpa putus asa.

Kalau langkah-langkah di atas sudah kita tempuh insyaallah kita akan melihat betapa indahnya Islam yang begitu sempurna (kamil) dan melingkupi berbagai persoalan (syamil) yang membawa rahmat bagi umat seluruh alam. Semoga Allah memberikan pemahaman keislaman pada kita yang kaffah (utuh) dan dapat mengamalkan Islam secara kaffah pula. Amin.


M. Syamsul Hadi


 

ASSALAMU `ALAIKUM