Kamis, 15 Januari 2015
Selasa, 06 Januari 2015
KASIH SAYANG RASUL (tulisan ke 2)
KASIH SAYANG RASUL
(tulisan ke 2)
M. Syamsul Hadi
Berikut
ini beberapa contoh dari bukti adanya kasih-sayang beliau (Rasulullah) kepada berbagai
kalangan dalam berbagai keadaan yang dapan kita jadikan suru tauladan.
Sayang Kepada Keluarga
Diceritakan dalam hadist
Al-Bukhari bahwa Rasulullah pernah membantu istrinya Shafiyah binti Huyay
ketika hendak menaiki onta. Beliau melingkari onta dengan tabir, penutup agar
tidak terlihat orang lain. Kemudian beliau jongkok di samping onta untuk
menyiapkan pahanya agar menjadi pijakan Shafiyah yang mau naik onta.
Rasulullah memberi contoh bagaimana beliau membantu,
mempermudah dan meringan pekerjaan istri. Suami yang baik tidak akan
menyerahkan 100 % semua pekerjaan rumah kepada istri dari memasak, mencuci,
menyetrika, menyapu, mengepel lantai, mengurus anak-anak dari bangun tidur
sampai tidur lagi. Suami yang bijaksana akan meringankan beban istri dengan
mengerjakan sebagian kerjaan rumah, atau memperjakan khadimah (pembantu), atau
menyediakan alat dan sarana yang meringankan dan mempercepat kerjaan.
Sayang Kepada Anak
Kecil
‘A-isayah ra. menceritakan:
‘Sekelompok anak kecil dibawa ke hadapan Nabi, lalu beliau berdoa dan
menggendong anak kecil itu. Anak kecil itu kemudian pipis membasahi baju
beliau. Lalu beliau meminta air dan menyiramkan ke bajunya”. (HR. Bukhari)
Bahkan walaupun pada saat
shalat pun beliau masih memperhatikan kasih sayangnya pada anak kecil. Beliau
pernah shalat sambil menggendong Umamah binti Zainab (cucu nabi). Pada saat
sujut beliau mendudukkan Umamah di sampinnya. (HR. Bukhari)
Anak adalah generasi penerus yang akan melanjutkan
sejarah agama adan Negara di masa depan. Karena itu orang tua harus mencurahkan
kasih sayangnya kepada putra-putrinya dalam segala bentuknya yang bermanfaat
bagi mereka. Sebagaiman Rasulullah yang begitu sayangnya kepada anak-anak orang
lain, bagaiman lagi terhadap anak cucunya sendiri.
Sayang Kepada Pelanggar Hukum
Abu Hurairah
menceritakan, seorang laki-laki datang kepada Nabi dengan penuh penyesalan
karena ia telah melanggar hokum islam yaitu berhubungan dengan istrinya di
siang hari bulan Ramadhan. Rasul menyuruhnya untuk memerdekakan seorang budak
sebagai denda atau hukuman. Lelaki itu menjawab: ‘Tidak’. Rasul bertanya:
‘Mampukah kamu puasa dua bulan berturut-turut?’. Ia menjawab: ‘Tidak’. Beliau
bertanya lagi: ‘Apakah kamu bisa member makan 60 orang miskin?’ Kemudian beliau
memberikan sekranjang kurma dan berkata:
‘Ambillah kurma ini dan bersedekahlah dengannya’. ‘Apa aku harus sedekah kepada
orang yang lebih miskin dariku?’ Ia menjelaskan tidak ada orang yang lebih miskin
darinya di kampungnya. Kemudian Rasul tertawa seraya berkata: ‘Berilah makanan
pada keluargamu dengan kurma ini’. (HR. Muslim)
Betapa bijaksananya Rasul, walaupun beliau figur yang
tegas dan adil dalam mengadili dan memutuskan hukum, namun beliau juga orang
sangat lapang dada dan penuh kasih sayang. Dalam keadaan tertentu kadang seorang
pelanggar hukum dimaafkan dan tidak dijatuhi hukuman atau diringankan
hukumannya. Diantara tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa islam bukan agama
yang berat dan sulit, sehingga dapat menarik minat manusia untuk masuk dalam
islam, membuat orang yang sudah islam merasa tenang dengan keislamannya, serta
meninggikan citra islam diantara agama-agama yang lain
Minggu, 04 Januari 2015
KASIH SAYANG RASUL
KASIH SAYANG RASUL
( tulisan ke- 1)
Di
bulan Rabi`ul Awwal ini banyak warga muslim yang mengadakan acara peringatan
maulid ( hari kelahiran ) Nabi Muhammad saw. Acara ini sebenarnya pada awalnya
dimulai oleh Shalahuddin Al Ayyubi untuk membangkitkan semangat patriotisme kaum
muslimin yang sedang menghadapi peperangan melawan orang-orang kafir. Dari
moment ini diharapkan agar ummat islam dapat mengambil suri tauladan dari
perjuangan, kepahlawanan serta akhlak Rasulullah untuk membela islam di bumi
ini. Sudah barang tentu acaranya tidak diisi dengan kegiatan-kegiatan yang
justru bertentangan dengan ajaran islam dan berlawanan dengan apa yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad.
Sebagai Suri Tauladan.
Apapun
acaranya, sebenarnya para pendahulu islam (khususnya di Indonesia) para ulama` hanya menjadikan
momentum peringatan maulid Nabi Muhammad saw sebagai sarana berdakwah. Acara
itu menjadi kesempatan untuk mengingat dan menyegarkan kembali ingatan dan
semangat kita untuk meneladani Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.
Mencontoh beliau dalam berbagai dimensi secara utuh dan tidak mencontoh secara
sepotong-sepotong, serta tetap dalam bingkai syari'at Allah yang kamil
(sempurna) dan syamil (menyeluruh).
Allah
telah menetapkan bahwa Rasulullah adalah figure yang tepat untuk kita jadikan
suri tauladan sekaligus idola bagi semua orang. Ia berfirman :
"Sungguh benar-benar dalam diri
Rasulullah ada suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharap mengharap
bertemu dengan Allah dan hari akhir, serta banyak berdzikir pada Allah"
(QS. Al-Ahzab [33]: 21)
Nabi Muhammad menjadi
contoh dalam berbagai dimensi kehidupan. Umat islam wajib mencontoh beliau
dalam beraqidah yang lurus, beribadah yang benar serta berakhlaq mulia yang
diridhai oleh Allah swt. Beliau suri tauladan bagi semua orang dalam posisi dan
fungsinya sebagai apapun, sebagai kakek, orang tua, suami, anak. Dalam hal
profesi ia adalah contoh bagi pemimpin, bisnisman, pedagang, guru, juru dakwah,
pasukan perang, penegak hukum. Beliau memberikan contoh bagaimana membina rumah
tangga, bertetangga, bekerja, berdakwah, bermasyarakat dan beriteraksi social.
Akhlaq kasih-sayang.
Nabi
Muhammad diutus ke dunia ini untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlaq
manusia yang sudah mengalami kemrosotan moral di zaman jahiliyah. Beliau
bersabda ;
"Sesungguhnya
aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq" (HR. Bukhari)
Diantara
akhlak Nabi Muhammad yang sangat menonjol adalah sifat kasih-sayang (rahmat)nya
kepada semua orang bahkan kepada binatang sekalipun. Dan bahkan beliau diturunkan
di bumi ini adalah untuk menebarkan kasih-sayangnya kepada alam semesta. Allah
berfirman :
"Dan tidaklah Kami
mengutusmu kecuali untuk menjadi rahmat (menebar kasih-sayang) bagi alam
semesta" (QS.
Nabi
Muhammad selalu mencontohkan sifat sayang dan belas kasihan kepada siapapun.
Beliau membina rumah tangga dengan penuh kasih-sayang, berdakwah dengan sayang,
santun dan bijaksana, mengadili dan menghukumi dengan bijaksana, mudah
memaafkan orang bersalah dan merugikan. Keseharian beliau sangat jauh dari
sifat kasar, galak, kejam apalagi brutal. Beliau tidak hanya saying pada orang
islam saja tapi juga pada orang non islam. Rasulullah sayang pada orang dewasa
dan anak-anak, pria dan wanita, kawan dan lawan, bahkan manusia dan binatang.
Berikut
ini beberapa contoh dari bukti adanya kasih-sayang beliau kepada berbagai
kalangan dalam berbagai keadaan yang dapan kita jadikan suru tauladan.
Sayang Kepada Keluarga
Diceritakan dalam hadist
Al-Bukhari bahwa Rasulullah pernah membantu istrinya Shafiyah binti Huyay
ketika hendak menaiki onta. Beliau melingkari onta dengan tabir, penutup agar
tidak terlihat orang lain. Kemudian beliau jongkok di samping onta untuk
menyiapkan pahanya agar menjadi pijakan Shafiyah yang mau naik onta.
Rasulullah memberi contoh bagaimana beliau membantu,
mempermudah dan meringan pekerjaan istri. Suami yang baik tidak akan
menyerahkan 100 % semua pekerjaan rumah kepada istri dari memasak, mencuci,
menyetrika, menyapu, mengepel lantai, mengurus anak-anak dari bangun tidur
sampai tidur lagi. Suami yang bijaksana akan meringankan beban istri dengan
mengerjakan sebagian kerjaan rumah, atau memperjakan khadimah (pembantu), atau
menyediakan alat dan sarana yang meringankan dan mempercepat kerjaan.
- insyaallah bersambung ke tulisan ke - 2.
Langganan:
Postingan (Atom)