Selasa, 06 Januari 2015

KASIH SAYANG RASUL (tulisan ke 2)



KASIH SAYANG RASUL
 (tulisan ke 2)
M. Syamsul Hadi




Berikut ini beberapa contoh dari bukti adanya kasih-sayang beliau (Rasulullah) kepada berbagai kalangan dalam berbagai keadaan yang dapan kita jadikan suru tauladan.


Sayang Kepada Keluarga
Diceritakan dalam hadist Al-Bukhari bahwa Rasulullah pernah membantu istrinya Shafiyah binti Huyay ketika hendak menaiki onta. Beliau melingkari onta dengan tabir, penutup agar tidak terlihat orang lain. Kemudian beliau jongkok di samping onta untuk menyiapkan pahanya agar menjadi pijakan Shafiyah yang mau naik onta.
            Rasulullah memberi contoh bagaimana beliau membantu, mempermudah dan meringan pekerjaan istri. Suami yang baik tidak akan menyerahkan 100 % semua pekerjaan rumah kepada istri dari memasak, mencuci, menyetrika, menyapu, mengepel lantai, mengurus anak-anak dari bangun tidur sampai tidur lagi. Suami yang bijaksana akan meringankan beban istri dengan mengerjakan sebagian kerjaan rumah, atau memperjakan khadimah (pembantu), atau menyediakan alat dan sarana yang meringankan dan mempercepat kerjaan.

Sayang Kepada Anak Kecil
‘A-isayah ra. menceritakan: ‘Sekelompok anak kecil dibawa ke hadapan Nabi, lalu beliau berdoa dan menggendong anak kecil itu. Anak kecil itu kemudian pipis membasahi baju beliau. Lalu beliau meminta air dan menyiramkan ke bajunya”. (HR. Bukhari)
Bahkan walaupun pada saat shalat pun beliau masih memperhatikan kasih sayangnya pada anak kecil. Beliau pernah shalat sambil menggendong Umamah binti Zainab (cucu nabi). Pada saat sujut beliau mendudukkan Umamah di sampinnya. (HR. Bukhari)
            Anak adalah generasi penerus yang akan melanjutkan sejarah agama adan Negara di masa depan. Karena itu orang tua harus mencurahkan kasih sayangnya kepada putra-putrinya dalam segala bentuknya yang bermanfaat bagi mereka. Sebagaiman Rasulullah yang begitu sayangnya kepada anak-anak orang lain, bagaiman lagi terhadap anak cucunya sendiri.

 Sayang Kepada Pelanggar Hukum
Abu Hurairah menceritakan, seorang laki-laki datang kepada Nabi dengan penuh penyesalan karena ia telah melanggar hokum islam yaitu berhubungan dengan istrinya di siang hari bulan Ramadhan. Rasul menyuruhnya untuk memerdekakan seorang budak sebagai denda atau hukuman. Lelaki itu menjawab: ‘Tidak’. Rasul bertanya: ‘Mampukah kamu puasa dua bulan berturut-turut?’. Ia menjawab: ‘Tidak’. Beliau bertanya lagi: ‘Apakah kamu bisa member makan 60 orang miskin?’ Kemudian beliau memberikan  sekranjang kurma dan berkata: ‘Ambillah kurma ini dan bersedekahlah dengannya’. ‘Apa aku harus sedekah kepada orang yang lebih miskin dariku?’ Ia menjelaskan tidak ada orang yang lebih miskin darinya di kampungnya. Kemudian Rasul tertawa seraya berkata: ‘Berilah makanan pada keluargamu dengan kurma ini’. (HR. Muslim)
            Betapa bijaksananya Rasul, walaupun beliau figur yang tegas dan adil dalam mengadili dan memutuskan hukum, namun beliau juga orang sangat lapang dada dan penuh kasih sayang. Dalam keadaan tertentu kadang seorang pelanggar hukum dimaafkan dan tidak dijatuhi hukuman atau diringankan hukumannya. Diantara tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa islam bukan agama yang berat dan sulit, sehingga dapat menarik minat manusia untuk masuk dalam islam, membuat orang yang sudah islam merasa tenang dengan keislamannya, serta meninggikan citra islam diantara agama-agama yang lain


  Selalu ada hikmah dan tujuan dari apa yang diperbuat atau disikapi oleh nabi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar