KASIH SAYANG RASUL
( tulisan ke- 1)
Di
bulan Rabi`ul Awwal ini banyak warga muslim yang mengadakan acara peringatan
maulid ( hari kelahiran ) Nabi Muhammad saw. Acara ini sebenarnya pada awalnya
dimulai oleh Shalahuddin Al Ayyubi untuk membangkitkan semangat patriotisme kaum
muslimin yang sedang menghadapi peperangan melawan orang-orang kafir. Dari
moment ini diharapkan agar ummat islam dapat mengambil suri tauladan dari
perjuangan, kepahlawanan serta akhlak Rasulullah untuk membela islam di bumi
ini. Sudah barang tentu acaranya tidak diisi dengan kegiatan-kegiatan yang
justru bertentangan dengan ajaran islam dan berlawanan dengan apa yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad.
Sebagai Suri Tauladan.
Apapun
acaranya, sebenarnya para pendahulu islam (khususnya di Indonesia) para ulama` hanya menjadikan
momentum peringatan maulid Nabi Muhammad saw sebagai sarana berdakwah. Acara
itu menjadi kesempatan untuk mengingat dan menyegarkan kembali ingatan dan
semangat kita untuk meneladani Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.
Mencontoh beliau dalam berbagai dimensi secara utuh dan tidak mencontoh secara
sepotong-sepotong, serta tetap dalam bingkai syari'at Allah yang kamil
(sempurna) dan syamil (menyeluruh).
Allah
telah menetapkan bahwa Rasulullah adalah figure yang tepat untuk kita jadikan
suri tauladan sekaligus idola bagi semua orang. Ia berfirman :
"Sungguh benar-benar dalam diri
Rasulullah ada suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharap mengharap
bertemu dengan Allah dan hari akhir, serta banyak berdzikir pada Allah"
(QS. Al-Ahzab [33]: 21)
Nabi Muhammad menjadi
contoh dalam berbagai dimensi kehidupan. Umat islam wajib mencontoh beliau
dalam beraqidah yang lurus, beribadah yang benar serta berakhlaq mulia yang
diridhai oleh Allah swt. Beliau suri tauladan bagi semua orang dalam posisi dan
fungsinya sebagai apapun, sebagai kakek, orang tua, suami, anak. Dalam hal
profesi ia adalah contoh bagi pemimpin, bisnisman, pedagang, guru, juru dakwah,
pasukan perang, penegak hukum. Beliau memberikan contoh bagaimana membina rumah
tangga, bertetangga, bekerja, berdakwah, bermasyarakat dan beriteraksi social.
Akhlaq kasih-sayang.
Nabi
Muhammad diutus ke dunia ini untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlaq
manusia yang sudah mengalami kemrosotan moral di zaman jahiliyah. Beliau
bersabda ;
"Sesungguhnya
aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq" (HR. Bukhari)
Diantara
akhlak Nabi Muhammad yang sangat menonjol adalah sifat kasih-sayang (rahmat)nya
kepada semua orang bahkan kepada binatang sekalipun. Dan bahkan beliau diturunkan
di bumi ini adalah untuk menebarkan kasih-sayangnya kepada alam semesta. Allah
berfirman :
"Dan tidaklah Kami
mengutusmu kecuali untuk menjadi rahmat (menebar kasih-sayang) bagi alam
semesta" (QS.
Nabi
Muhammad selalu mencontohkan sifat sayang dan belas kasihan kepada siapapun.
Beliau membina rumah tangga dengan penuh kasih-sayang, berdakwah dengan sayang,
santun dan bijaksana, mengadili dan menghukumi dengan bijaksana, mudah
memaafkan orang bersalah dan merugikan. Keseharian beliau sangat jauh dari
sifat kasar, galak, kejam apalagi brutal. Beliau tidak hanya saying pada orang
islam saja tapi juga pada orang non islam. Rasulullah sayang pada orang dewasa
dan anak-anak, pria dan wanita, kawan dan lawan, bahkan manusia dan binatang.
Berikut
ini beberapa contoh dari bukti adanya kasih-sayang beliau kepada berbagai
kalangan dalam berbagai keadaan yang dapan kita jadikan suru tauladan.
Sayang Kepada Keluarga
Diceritakan dalam hadist
Al-Bukhari bahwa Rasulullah pernah membantu istrinya Shafiyah binti Huyay
ketika hendak menaiki onta. Beliau melingkari onta dengan tabir, penutup agar
tidak terlihat orang lain. Kemudian beliau jongkok di samping onta untuk
menyiapkan pahanya agar menjadi pijakan Shafiyah yang mau naik onta.
Rasulullah memberi contoh bagaimana beliau membantu,
mempermudah dan meringan pekerjaan istri. Suami yang baik tidak akan
menyerahkan 100 % semua pekerjaan rumah kepada istri dari memasak, mencuci,
menyetrika, menyapu, mengepel lantai, mengurus anak-anak dari bangun tidur
sampai tidur lagi. Suami yang bijaksana akan meringankan beban istri dengan
mengerjakan sebagian kerjaan rumah, atau memperjakan khadimah (pembantu), atau
menyediakan alat dan sarana yang meringankan dan mempercepat kerjaan.
- insyaallah bersambung ke tulisan ke - 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar