Minggu, 04 Januari 2015

KASIH SAYANG RASUL



KASIH SAYANG RASUL

( tulisan ke- 1)


Di bulan Rabi`ul Awwal ini banyak warga muslim yang mengadakan acara peringatan maulid ( hari kelahiran ) Nabi Muhammad saw. Acara ini sebenarnya pada awalnya dimulai oleh Shalahuddin Al Ayyubi untuk membangkitkan semangat patriotisme kaum muslimin yang sedang menghadapi peperangan melawan orang-orang kafir. Dari moment ini diharapkan agar ummat islam dapat mengambil suri tauladan dari perjuangan, kepahlawanan serta akhlak Rasulullah untuk membela islam di bumi ini. Sudah barang tentu acaranya tidak diisi dengan kegiatan-kegiatan yang justru bertentangan dengan ajaran islam dan berlawanan dengan apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad.

Sebagai Suri Tauladan.

Apapun acaranya, sebenarnya para pendahulu islam (khususnya di Indonesia) para ulama` hanya menjadikan momentum peringatan maulid Nabi Muhammad saw sebagai sarana berdakwah. Acara itu menjadi kesempatan untuk mengingat dan menyegarkan kembali ingatan dan semangat kita untuk meneladani Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Mencontoh beliau dalam berbagai dimensi secara utuh dan tidak mencontoh secara sepotong-sepotong, serta tetap dalam bingkai syari'at Allah yang kamil (sempurna) dan syamil (menyeluruh).
Allah telah menetapkan bahwa Rasulullah adalah figure yang tepat untuk kita jadikan suri tauladan sekaligus idola bagi semua orang. Ia berfirman :
"Sungguh benar-benar dalam diri Rasulullah ada suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharap mengharap bertemu dengan Allah dan hari akhir, serta banyak berdzikir pada Allah" (QS. Al-Ahzab [33]: 21)
Nabi Muhammad menjadi contoh dalam berbagai dimensi kehidupan. Umat islam wajib mencontoh beliau dalam beraqidah yang lurus, beribadah yang benar serta berakhlaq mulia yang diridhai oleh Allah swt. Beliau suri tauladan bagi semua orang dalam posisi dan fungsinya sebagai apapun, sebagai kakek, orang tua, suami, anak. Dalam hal profesi ia adalah contoh bagi pemimpin, bisnisman, pedagang, guru, juru dakwah, pasukan perang, penegak hukum. Beliau memberikan contoh bagaimana membina rumah tangga, bertetangga, bekerja, berdakwah, bermasyarakat dan beriteraksi social.

Akhlaq kasih-sayang.
Nabi Muhammad diutus ke dunia ini untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlaq manusia yang sudah mengalami kemrosotan moral di zaman jahiliyah. Beliau bersabda ;
"Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq" (HR. Bukhari)

Diantara akhlak Nabi Muhammad yang sangat menonjol adalah sifat kasih-sayang (rahmat)nya kepada semua orang bahkan kepada binatang sekalipun. Dan bahkan beliau diturunkan di bumi ini adalah untuk menebarkan kasih-sayangnya kepada alam semesta. Allah berfirman :
"Dan tidaklah Kami mengutusmu kecuali untuk menjadi rahmat (menebar kasih-sayang) bagi alam semesta" (QS.

Nabi Muhammad selalu mencontohkan sifat sayang dan belas kasihan kepada siapapun. Beliau membina rumah tangga dengan penuh kasih-sayang, berdakwah dengan sayang, santun dan bijaksana, mengadili dan menghukumi dengan bijaksana, mudah memaafkan orang bersalah dan merugikan. Keseharian beliau sangat jauh dari sifat kasar, galak, kejam apalagi brutal. Beliau tidak hanya saying pada orang islam saja tapi juga pada orang non islam. Rasulullah sayang pada orang dewasa dan anak-anak, pria dan wanita, kawan dan lawan, bahkan manusia dan binatang.
Berikut ini beberapa contoh dari bukti adanya kasih-sayang beliau kepada berbagai kalangan dalam berbagai keadaan yang dapan kita jadikan suru tauladan.


Sayang Kepada Keluarga
Diceritakan dalam hadist Al-Bukhari bahwa Rasulullah pernah membantu istrinya Shafiyah binti Huyay ketika hendak menaiki onta. Beliau melingkari onta dengan tabir, penutup agar tidak terlihat orang lain. Kemudian beliau jongkok di samping onta untuk menyiapkan pahanya agar menjadi pijakan Shafiyah yang mau naik onta.
            Rasulullah memberi contoh bagaimana beliau membantu, mempermudah dan meringan pekerjaan istri. Suami yang baik tidak akan menyerahkan 100 % semua pekerjaan rumah kepada istri dari memasak, mencuci, menyetrika, menyapu, mengepel lantai, mengurus anak-anak dari bangun tidur sampai tidur lagi. Suami yang bijaksana akan meringankan beban istri dengan mengerjakan sebagian kerjaan rumah, atau memperjakan khadimah (pembantu), atau menyediakan alat dan sarana yang meringankan dan mempercepat kerjaan.

- insyaallah bersambung ke tulisan ke - 2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar